Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Vokasi berupaya untuk mentranformasi SMK melalui peningkatan inovasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah satu inovasi tersebut adalah dengan melaksanakan program pembelajaran Teaching Factory atau TeFa. Sebuah model pembelajaran yang dioperasikan seperti di industri, TeFa membawa pendekatan praktis yang merujuk pada standar dan prosedur industri sesungguhnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 yang mencantumkan tentang Teaching Factory didefinisikan sebagai sarana produksi di sekolah yang dijalankan berdasarkan prosedur dan standar industri untuk menghasilkan produk sesuai dengan kondisi nyata industri, tanpa berorientasi mencari keuntungan. Grand Design TeFa SMK menjelaskan konsep pembelajaran ini sebagai suatu model berbasis produksi/jasa di SMK yang mengacu pada standar industri dan dilaksanakan dalam suasana mirip dengan industri sebenarnya.
Dalam jalur pendidikan SMK, keterlibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) menjadi aspek yang sangat krusial, mengingat kemajuan teknologi dan prosedur produksi/jasa yang berlangsung dengan cepat.
Bentuk kerjasama yang saling menguntungkan sebagai dari dari pelaksanaan Implementasi TeFa di SMK, kerja sama yang saling menguntungkan antara SMK dan DUDI. Membawa suasana yang replika di dunia industri sebagai upaya bahwa sekolah dalam hal ini SMK selalu beradaptasi dengan perkembangan industri/jasa. Ini mencakup transfer pengetahuan teknologi, manajerial, evolusi kurikulum, pelaksanaan prakerin, dan aspek lainnya.
Tujuan Teaching Factory di SMK adalah untuk meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi, dan membentuk karakter kerja lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Hal ini dicapai melalui proses pembelajaran yang berfokus pada produk/jasa (melibatkan rekayasa Perangkat Pembelajaran) yang diadakan dalam lingkungan, suasana, serta tatakelola yang mengikuti standar DUDI atau kondisi tempat kerja/usaha yang sebenarnya.
Prinsip-prinsip Teaching Factory di SMK mencakup:
- Perangkat pembelajaran didesain berdasarkan produk/jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat umum.
- Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran berbasis produksi, sehingga kompetensi siswa berkembang melalui pengalaman pribadi dalam pembuatan, pelaksanaan, dan/atau penyelesaian produk/jasa, sesuai dengan standar, aturan, dan norma-norma kerja yang berlaku di DUDI.
Dalam prakteknya, TeFa tidak hanya menuntut keterlibatan pihak industri, namun juga Pemerintah Daerah (Pemda/Pemkot/Provinsi), orang tua, dan masyarakat dalam perencanaan, regulasi, serta implementasinya. Sebagai bagian dari upaya mengubah budaya pembelajaran di sekolah, Teaching Factory menghadirkan transformasi dari pembelajaran berbasis unit produksi menjadi pembelajaran berbasis TeFa.
Pentingnya merubah pola pikir ini terletak pada pengembangan ketrampilan, sikap, perilaku, dan budaya kerja industri pada peserta didik SMK. Sekolah harus menciptakan kondisi lingkungan, suasana, dan aturan kerja di ruang praktek seolah-olah berada di industri atau tempat kerja sebenarnya. Semua elemen sekolah, termasuk guru, staf, dan siswa, dituntut untuk bersikap dan berperilaku seperti di dunia industri.